Apresiasi Untuk Sebuah foto dan Peristiwa
Apresiasi Untuk Sebuah foto dan Peristiwa
Menjujunjung tinggi nilai konservasi
Melalui mata kamera kita dapat melindungi satwa, dan akan
lebih kelihatan indah ketika satwa liar hidup bebas di alam nya. Kutipan
kata-kata ini di jadikan prinsip dalam dunia fotografi di alam liar sehingga
bisa mendorong untuk menghargai dan mengedukasi sebuah karya Foto yang sifatnya
mengabadikan serta berkotribusi untuk
lingkungan.
Sekilas Tentang Perjalanan
Bergerak dari sebuah misi penyelamatan satwa lindung,
perjalanan yang memerlukan waktu berhari-hari membuat banyak kesempatan dan
momen-momen penting yang dalam ketidak sadaran ternyata di rasa perlu untuk di
abadikan, terlebih lagi jarang pernah di
jumpai pada umumnya orang, apa lagi mengenai lokasi perjalanan yang juga tidak
biasa dilewati , misalnya daerah pegunungan, sungai-sungai yang mempunyai air
terjun serta belukar-belukar di selimuti lumut yang kaya dengan keanekaragaman
biodifersitas masih terjaga.
Lembaga WCS (wildlife conservation siciety) mengantarkan
penulis dalam penjelajahan pada topografi pegunungan dengan Misi identivikasi
mamalia besar dan mangsanya di ketinggian, dengan metoda pemasangan Camera
Traps yang tersebar di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser tepatnya di bagian
aceh tenggara propinsi Aceh.
secara geografis aceh tenggara memiliki luas
4.165,63 km2, dan dari luasan ini dua per tiga nya masuk kedalam
kawasan Taman Nasional Gunung Leuser.(sumber info : http://acehtenggarakab.go.id/geografis/)
Sembari melaksanakan perjalanan , tak lupa juga diselingi
dengan mengesplor lokasi-lokasi yang dilewati , memperhatikan objek di
sekeliling pada sepanjang perjalanan di kawasan Taman Nasonal Gunung Leuser.
Taman Nasional Gunung Leuser adalah sebuah kawasan
lindung yang masih terjaga, mungkin di selamatkan akibat Topografi nya berada
di ketinggian, luas TNGL(Taman Nasional Gunung Leuser) 1.094.692 ha yang
terletak di Dua provinsi yaitu Provinsi Aceh dan Provinsi Sumatera
Utara.(sumber: http://gunungleuser.or.id)
, dengan melihat luasan ini Sudah tentu di tempat tersebut adalah habitat satwa
yang masih terjaga.terkait dengan mengabadikan momen di kawasan tersebut,sepertinya
sebuah karya foto merupakan peristiwa dan cerita penting yang nantinya akan
disampaikan dalam berbentuk gambar serta dilengkapi dengan beberapa tulisan
untuk mewakili gambar .hal ini akan dirasa perlu tekait dengan perlindungan
satwa dan habitat di Taman Nasonal Gunung Leuser, momen-momen serta peristiwa
yang nantinya di ambil dapat menjadi bahan penelitian serta bahan kampanye
untuk di konsumsi publik sebagai penyadar tahuan tentang penyelamatan satwa dan habitanya .
Akan tetapi tidak hanya itu saja, di kawasan-kawasan
lainpun para peminat fotography alam liar
juga berlomba-lomba dalam
mengumpulkan momen menjadi sebagai bahan
komunikasi satu arah dan mungkin akan lebih cepat sekiranya dipahami,
terlebih lagi jika bermuatan jurnalaistik ,kalau dalam bahasa sekarangnya”foto
yang akan berbicara”. Dengan berbagi macam keunikan dan keindahan foto-foto
juga di rangkum dari berbagai lokasi berbeda, foto satwa ini ditampilakan untuk
mewarnai dalam beberapa media sosial sebagai bahan reverensi untuk muatan belajar,
contohnya beberapa kelompok hobies yang menggunakan karya foto dalam
berkomunikasi, seperti IWP (Indonesia
Wildlife Photography),RWP(Riau Wildlife Photography) serta dari Herpetologer
Mania DLL.group –group ini berada dalam sebuah jejaring sosial dimana group ini
dalam mengantarkan informasi mengenai penyelamatan satwa,salah satunya
menggunakan sebuah karya foto yang indah dan jelas agar bisa di identifikasi
nantinya.
Gambar 2:Dendragma Baulengeri/bunglon gunung api.foto
di ambil pada bulan Juli 2013 di temukan
pada ketinggian 2600Mdpl berlokasi di Taman Nasional Gunung Leuser, Aceh
tenggara
Gambar 1: Philautus Aurifasciatus/katak emas, terlihat
bera da dalam tanaman nephenthes di temukan pada ketinggian 2800 Mdpl berlokasi
di Taman Nasonal Gunung Leuser, Aceh Tenggara, berada di Jalur Pendakian
Pegunungan Perkison
Gambar 3:mimobdella Buetikoferi/lintah merah, ditemukan
di lantai tanah, berada pada ketinggian 2600 Mdpl, berlokasi di Taman Nasional
Gunung Leuser, jalur antara pegunungan Perkison menuju Bendahara, foto diambil
pada bulan Juni 2013
Gambar 4 :Bufo Juxtasper/kodok biduk sungai. temuan ini
terdapat di sungai berbatu pada ketinggian 1000Mdpl berlokasi Di Taman Nasional
Gunung Leuser,Aceh tenggara, foto di ambil pada siang hari.
terlihat saat ini Reptil dan Amfibi yang ada
di sekitar kita mungkin sudah terlupakan atau bisa dikatakan tidak terlalu di
respon dengan keberadaan dan habitat nya. Memang kita telah ketahui bersama,
bahwa satwa adalah salah satu mahluk hidup sebagai pengendali pada rantai
makanan dan penyeimbang ekosistem , ketika salah satu pada rantai makanan ini
terjadi kepunahan atau terputus maka akan timbul pelimpahan populasi terhadap
satwa yang lain dan menghambat terjadinya hubungan sumbiosis mutualisme antar
mahluk hidup, prilaku ini yang menyebabakan ketimpangan ekosistem terhadap lingkungan
sekitar kita.
Ada pun yang terlihat beberapa pola ancaman
terhadap satwa tersebut ,misalnya keberadaan penggunaan bagian –bagian tubuh
satwa yang di jadikan produk untuk bahan baku sebuah aksesoris yang di
pergunakan oleh manusia. katakanlah itu berupa tas atau sepatu dari kulit
raptil, dan juga untuk hidangan kuliner bagi pencinta makanan reptil, serta ada
yang tak kalah menariknya saat ini, banyak kalangan anak muda yang mememelihara reptil dan amfibi sebagai
bahan pencitraan,itu contoh prilaku
manusia yang tak sadar akan berterimakasih pada lingkungannya,dengan
adanya permintaan sudah jelas ada pedagang reptil yang memanfaatkan
kelompok-kelompok hobies untuk mendapatkan kebutuhan satwa sebagai sebuah
pencitraan. Yang lebih mirisnya lagi permintaan itu adalah satwa hampir punah
dari alamnya agar tampilan kelihatan lebih seksi.
Penyadartahuan
Nah kepedulian manusia terhadap reptil dan amfibi
ini sangat penting untuk diterapkan secara bersama.dengan harapan untuk dapat saling
menjaga demi keseimbangan ekosistem
melaui peran masing-masing. Ada contoh yang terlihat saat ini katakan lah itu
mereka yang memiliki hobies fotography, saat ini di kalangan pecinta fotography
alam liar patut di berikan apresiasi karena telah membentuk inisiasi dan
meluncurkan buku-buku hasil dari karya foto-foto mereka.keberadaan kelompok
–kelompok ini ada di setiap daerah di
indonesia, dengan tujuan mengajak peduli terhadap kehidupan satwa liar dan
habitatnya, disisi lain dengan pola gaya hidup peduli terhadap satwa telah
tersebar di kalangan anak muda dan akademisi melalui fotography, itu artinya
komunikasi melalui hobi ini dapat sangat mudah merambat ke segala kalangan
sebagai upaya penyelamatan terhadap satwa dan habitat.
Selamat berkarya.
Enjoy the Adventure.
Penulis : Rahmad Adi (WCS-IP)
Komentar
Posting Komentar