“Seperti di Lempar Kotoran”
“Seperti di
Lempar Kotoran”
Kutipan kata-kata
di atas tidak selamanya bermotif Musibah, bahkan Bisa berbalik menjadi sebuah Anugarah.
Mari kita baca
Ulasan ini dengan melihat fungsi Genetika
Satwa sebagai pengontrol Keseimbangan ekosistem dalam permasalahan terkait HAMA .
Utamanya adalah pengumpulan
kotoran sebagai bahan baku, selain bentuk konservasi melalui Penyadartahuan dan
Penelitian, penakaran juga menjadi faktor penting, sebagai alat memperkenalkan produk-produk yang telah
di kelola menggunakan konsep Ramah Lingkungan selama bertahun-tahun, sehingga
saat ini pun produk dan satwanya telah di Eksport ke Manca Negara dengan
mengantongi legalitas yang lengkap dari Pemerintah yaitu Departemen Kehutanan.”ujar
Bang Adi salah seorang petugas penakaran”.
Perjalanan Tanpa Legalitas
28 Desember 2013, hujan lebat mengguyur kota
medan. Tepat pukul 14.30 beranjak dari mess atau kantor menuju tempat penakaran
raptil, lebih spesifiknya penakaran ULAR. buat Ngisi liburan.
“aku pernah datang ke tempat itu beberapa
bulan lalu, nama alamatnya aku tau tapi jalannya lupa-lupa ingat, kabur- kabur
gitu” celetuk satu teman saat di tanya keberadaan lokasi tersebut sembari terus
menyusuri ke arah tujuan.
Harapan hampir buyar, dan hujan lebat pun
semakin lebat pula menemani perjalanan. Alternatif nya bertanya dan bertanya
kepada kau dan – kau yang lainnya di jumpai di jalan.
Akan tetapi improf lumayan
matang walaupun serba kekurangan sehingga tak mengurungkan niat untuk menemukan
lokasi tersebut meski ingin ngeliat-ngeliat aja. Jika di fikir-fikir Keraguan
mulai mengotori otak terkait legalitas perizinan apakah harus mengurus surat
izin dari pihak penakaran. Masalahnya kita tidak memiliki izin itu. Dan
teringat saat teman kesana beberapa
bulan lalu berkunjung dalam moment event fotography. pasti jelas, mereka memiliki legalitas dari sebuah
lembaga.
Apapun itu tetapi
tantangan ini mesti di lewati dan yakin tuhan akan membantu untuk orang-orang
yang ingin belajar walaupun dengan segala cara, hingga tak-tik untuk mengelabui
petugas harus di lancarkan. Dengan metode operasinya, menyepakati dari ke tiga
teman.” apapun yang kalian dengar jangan tertawa melihatku dan jangan terlalu
banyak bicara hal-hal yang tak penting”tangkas ku begitu. karena kita tidak
seperti yang lain, memiliki legalitas pengunjung. hanya yang kita harapkan adalah
pendekatan instan, agar kita
mendapatkan semua pengetahuan dan info tentang raptil tersebut, juga tak terlepas kiat-kiat mengantisipasi
bahaya ular melalui pengalaman sang si-penakar raptil yang keseharian mereka
dengan satwa unik ini.
Tak Kenal Maka Tak Sayang
Dengan hitungan
kurang lebih 1,5 (satu setengah) jam dari mess, kita pun sampai di penakaran
ular bernama Hetts Bio Lestari yang beralamat
di jalan Namo Pencawir No 174 Tuntungan II Pancur Batu, Deliserdang.
sesampainya kami di lokasi, disambut oleh gerbang berwarna hijau yang menjorok
tinggi mencapai 2,5 meter dan terbuka kecil pas untuk sebuah sepeda motor
lewat. sembari menghampiri pintu masuk melalui gerbang dengan berjalan kaki,
tidak ragu-ragu menuju masuk ke area penakaran. di dalam lahan lapang, yang
luasnya 7000 meter per segi terlihat berbagai kandang yang di batasi, bangunan
terbuat dari semen berblok-blok itu di
gembok berkombinasi trali besi.” Itu pasti kandang ular ”ujar ku dalam hati
saat berada di dalam area.
kembali aku Bertanya
lagi, mana manusia si penjaga tempat ini sambil berelari menuju ke tempat yang
teduh di antara bangunan kantor dan mungkin ada aktifitas. Nah, kebetulan
sekali ada sosok manusia di sana dan terdengar orang-orang memanggilnya Bang
Adi,” katakan lah begitu”. menurut
informasi nya beliau bertugas di Hetts Bio Lestari telah cukup lama, dari tahun
2006 hingga saat ini 2013. Tak lengah aku menghampiri beliau dan berjabat
tangan sambil menyampaikan identitas,maksud dan tujuan. walaupun pengakuan ku
agak sedikit berbohong, semua itu agar mendramatisir moment yang patut di
terima dan mewajarkan kedatangan kami. Akan tetapi perlu diingat, bahwa semua
cara dan tujuan kami tidak untuk macam-macam.
Dengan berbicara
tegas dan lantang tanpa ragu-ragu, Bang Adi pun menerima kunjungan kami tanpa
prosedur apa-apa .”amin tangkas ku“, tergesa-gesa aku berlari ditengah hujan
deras, menghampiri teman berada di luar gerbang yang menunggu kabarku dengan
setia di dalam mobil. Gerbang masuk yang tadi nya terbuka sempit sekarang di sulap
menjadi terbuka lebar mempersilahkan mobil dan teman-teman masuk. terlihat raut
wajah ketiga teman tersenyum lebar.
Selingan
hujan yang tak henti-hentinya menemani kami dalam berbincang-bincang, cuaca
dingin dan pakaian agak sedikit lembab seakan memberikan anugrah, sehingga kami
di persilahkan masuk kedalam ruangan untuk berdiskusi di tempat yang teduh.
Yang istimewanya lagi mereka membawa berteduh ke ruang penakaran ular di penuhi
dengan berbagai jenis Phyton S.P. tampaklah susunan rapi dalam box plastik yang
berukuran masing masingnya memiliki panjang 60 cm,lebar 40 cm dan tinggi 50 cm
tertera label berupa Nomor identitas ular. box-box ini mengisi setiap sudut ruangan
hingga 3 sampai 4 tingkat box di ruang perbincangan itu. Selain ular-ular, di
ruangan juga diisi oleh salah seorang petugas berambut gimbal sebagai
perawat ular eksotik yang bernama Bang Bembi atau kerap di panggil Si
Kribo.
beliau
menyambut kami dengan ramah dan santun seakan mempersilahkan untuk berlama-lama
di sana. Pancaindra ku mulai membaca
situasi, pastinya petugas ini tak jauh dengan kehidupan yang pernah ku jalani
saat masih kuliah dan sekarang.
Gambar 01 : Foto diambil dari Lokasi penakaran Hetts
Bio Lestari, terlihat 2 (dua) orang pemuda yang berfose di antara kandang .
mereka sebagai pengunjung di sisi kanan, dan perawat ular di sisi kiri (Bembi).
Sejauh
perbincangan, Perkenalan atara kami dan mereka berlangsung dengan lancar dan
tidak segan segan mereka ingin memeperlihatkan ular-ular eksotik jenis Ball Phyton sembari
menjelaskan apa aktivitas yang ada di penakaran tersebut. ada pepatah
mengatakan”pucuk di cinta ulam pun tiba”
tinggal menunggu dengan sabar aja, perjalanan yang kami lakukan mulai menemukan
sesuai tujuan yang di rencanakan, dan “tak
kenal maka tak sayang” menjadi kedekatan secara kekeluargaan untuk
mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya tanpa ada yang di batasi.
Gambar 02 A
Dan B: Ball Phyton, Habitat ular dari Africa Ini biasa Hidup di gurun pasir, relatif jinak.
Ukuran tubuh kecil, mengkonsumsi tikus dan burung-burung kecil. Ball Phyton
termasuk Ular Kategori Eksotik Dari Penakaran Hetts Bio Lestari.
Berkamoflase untuk Beranjak Lebih Akrab
Keakraban mulai di
tandai dengan gelak tertawa membawa riuhnya sore itu, menantikan hujan kapan
akan segera reda agar bisa menuju kandang-kandang ular yang lainnya. rokok yang
tak henti-hentinya terus dihisap dan serasa ngobrol ini kosong- kosong aja,
maksudnya tanpa ada cemilan-cemilan gitu. Tetapi tak jadi masalah, Kebetulan
hobi yang di miliki Bang Bembi sama dengan ku dan teman-teman “ biasa lah seputar penjelajahan rimba yang
kerap hidup di jalanan tetapi peduli untuk sesama” aku membawa perbincangan
itu ke arah hobi beliau, tetapi sedikit – sedikit pembicaraan boleh dong menyeret ke tema ular agar tidak melupakan tujuan
awal.
Rasa penasaran ku
dan teman-teman mulai merespon sang perawat ular, Sambil menunggu hujan reda
Bang Adi dan Bang Bembi menugaskan salah satu anggotanya untuk mengambil 2(Dua)
ekor Ular Eksotik. Suguhan pertama
inilah yang aku manfaatkan untuk membuka sebuah cerita seputar pengetahuan
tentang raptil dan keterangan tempat penakaran tersebut.
Sentuhan dari Tangan yang Peduli
”Dengan raut serius
Bang Adi mengatakan “, Sama seperti mendekati anak kecil, harus memiliki
kemesri dan rasa kasih sayang agar menghilangkan rasa keterancaman. Tidak
berbeda dalam menghadapi reptil ini, selain dia berbahaya dan yang pasti
memiliki sifat liar untuk berlindung dari berbagai sisi ancaman. Meskipun ular
ini telah terbiasa dengan keberadaan manusia akan tetapi sangat perlu
pendekatan kita. “Sambil beliau meletakkan ular di depanku dan bahasa tubuhnya
meyuruhku untuk memegang ular tersebut ”. berawal dengan satu jari di bagian pinggang
ular menyentuhnya dengan tenang, lama kelamaan mulailah mengangkatnya dengan
pelan, dan jangan lupa hilangkan keraguan yang ada pada diri mu agar ular
merasa nyaman ”tangkasnya begitu bak seorang pawang”.
Melihat cuaca yang
mulai bersahabat, mungkin bisa kita lanjut naik ketahap pelajaran yang ke dua.
Penawaran dari Bang Bembi tidak mungkin kita tolak, beliau rencananya akan menemukan kita kepada ular Sanca Gendang (phyton
curthus) yang kerap di panggil Ucok( Julukan
untuk ular) berusia 4 (empat) tahun. Berangsur kami di ajak berpindah tempat menuju
keluar ruangan sambil beliau mengeluarkan si- Ucok dari kandang yang berada di kamar.
Terlihatlah morvologi phyton curthus itu berukuran panjang
3 meter dan berat 10 kg berwarna hitam yang di kombinasi corak batik.
“ular yang sehat Ujar ku”. Sambil memperagakan cara memegang ular besar Bang
bembi memberikan penjelasan “ini di pelihara dari telur hingga menjadi seperti
ini dan sama, memiliki prilaku yang masih liar”.
Terlintas
di benak,” waspada”. Sebelum memegang Sanca Gendang ini
ada baiknya kita bertanya kepada perawatnya ( Bang Bembi), sebahaya apakah ular
yang kita pegang ini?. Beliau menjelaskan kembali, ular ini tidak memiliki
tingkat bisa berbahaya, tetapi memiliki tenaga yang kuat untuk melumpuhkan
lawan. “bayangkan jika kita menyentuhnya
dan menggendongnya berarti kita telah menyerahkan diri akan dililit hingga tak
bernafas ”. sontak terkejut saat dia mengulurkan ular di bagian leherku dan
menyapaku” buang jauh-jauh rasa takutmu karena akan membahaya kan diri mu
sendiri, buatlah dirimu tenang dan berusaha jangan tegang. Sanca Gendang mulai
meliuk-liuk di sela-sela tubuhku, sesekali aku memperhatikan arah kepala nya
yang menyentuh ke wajah ku dan bagian lain, sambil mengeluarkan lidah yang berfungsi sebagai indra sensor pada ular .
Teringat akan Pengalaman
ku beberapa bulan lalu, terkait dengan ular yang serupa saat malaksanakan
survey lapanngan di TNGL Bagian Kluet Tengan, hal ini menjadikan tingkat
kewaspadaanku lebih tinggi terhadap ular hingga memunculkan pertanyan ku kepada
sang pawang (Bang Bembi) mengenai
pertolongan pertama terhadap bahaya ular
yang terkena racun berbisa ketika berada dilapangan atau Alam Liar.
Sambil mengambil
ular yang melilitku,penjelasan demi penjelasan
terus di lancarkan, Memang benar
bahaya racun pada bisa ular membuat kita lupuh dan tidak berdaya, bahkan
menyebabkan kematian. Akan tetapi yang pertama sekali mesti di pahami terlebih
dahulu cara kerja racun dari bisa ular tersebut berinteraksi di dalam tubuh
kita. Gerakan panik menyebabkan Detak jantung yang cepat membuat racun ular
menyebar kencang sehingga mengikuti
aliran darah. Pertolongan pertama hanya dapat dilakukan mengikat di atas bagian
gigitan dengan tidak begitu kencang, dan berpindah tempat selang waktu 10
menit, sambil membelah bagian bekas
gigitannya serta menyedot hingga darahnya keluar.” Ujar Bang Bembi
begitu”.
Sambung nya kembali bercerita pengalaman
seorang teman”, saya pernah punya teman yang berada di daerah Pulau Jawa,
beliau merawat jenis raptil berbisa, katakan lah itu jenis kobra. Dengan
kecintaan nya terhadap si ular, beliau rela mengamputasi langsung 2 buah jari
tangan saat terkena gigitan ular peliharaannya.nah, ini sebagai bukti bahwa dia
masih ingin merawat satwa-satwanya. dan hingga sekarang, teman itu masih merawat ular yang pernah
membahayakan dirinya, dengan 8 buah jari tangan.
Pengalaman demi
pengalaman tentang bahaya raptil ini tidak mengesampingkan rasa cinta dan
tanggung jawab untuk bekerja, walau pada
dasarnya semua yang di alami terdengar membahayakan diri sendiri, tapi itu lah
namanya kehidupan,kita mestinya tak luput dari rasa peduli dengan mahluk sesama
ciptaan tuhan. “Pesan Bang Bembi ”
Kotoran yang Merambah Kepasar Mancanegara
Hujan yang tadinya
reda kini berubah menjadi deras kembali, kami berpindah duduk kehalaman depan
perkantoran Hetts Bio Lestari. beruntung raptil-raptil itu telah diberi makan saat hujan reda , Dan kita bisa
menyambung pembicaraan bersama sang perawat ular, sambil melepaskan jadwal
Magrib di hari itu. sang perawat ular yang akrab di panggil bang Adi sepertinya bersemangat dalam obrolan menjelang
kami beranjak pulang.
Informasi dari nya
“ Hetts bio lestari terbentuk pada tahun 2005 oleh Darwis Harahap SP . ditahun
2006 saya mulai bekerja untuk mengurus Ular-Ualar ini. Penakaran ini berawal
dari 33 (tiga puluh tiga) ekor ular, dan
sekarang menjadi 700 (tujuh ratus ) ekor ular dari tiga jenis Phyton S.P. tak hanya memanfaatkan
kotorannya saja, kebutuhan pakan juga
kita lakukan penakarannya, seperti tikus putih. ular-ular yang terbilang eksotik dari jenis viper
juga di kembang biakkan di sini melihat kebutuhan yang sangat menarik dipasar
internasional. Tangkas Bang Adi.
Lanjut di
ungkapnya, Hetts Bio Lestari memang menciptakan produk bagus dan handal. selain
sebagai produk yang Ramah Lingkungan, racun tikus yang di olah dari kotoran
ular piton ini dan telah di akui oleh kalangan nasional dan internasional, kita telah menjual produk untuk beberapa
perusahaan perkebunan di Indonesia serta mengekspor di beberapa Pasar Mancanegara seperti Laos, Australia hingga Brazil dan
beberapa Negara lainnya.
Salam Bermain dan
belajar
Penulis:Ucok_rahmad
adi
Komentar
Posting Komentar